Yogyakarta – Dalam Kuliah Dzuhur bertajuk “Ulil Albab”, Ibu Suryani, Ns., M.Med.Ed., mengupas secara mendalam konsep Islam tentang ulil albab, yaitu sosok yang memiliki kedalaman berpikir, senantiasa mengingat Allah, dan menyadari keagungan ciptaan-Nya. Kajian ini berlangsung dalam suasana khidmat dan penuh makna di Masjid Walidah Dahlan UNISA Yogyakarta.
Dalam ceramahnya, Ibu Suryani menjelaskan bahwa ulil albab bukan sekadar sebutan, melainkan karakter istimewa yang tercermin dalam perilaku sehari-hari. Ciri-cirinya dijelaskan dalam Al-Qur’an, khususnya dalam Surah Ali Imran ayat 190–191, yang menggambarkan mereka sebagai orang-orang yang terus-menerus berdzikir dalam segala keadaan—baik berdiri, duduk, maupun berbaring—serta senantiasa merenungkan ciptaan Allah seraya memohon petunjuk-Nya.
Lebih lanjut, ia menjabarkan tiga pendekatan utama dalam menuntut ilmu yang menjadi jalan menuju derajat ulil albab. Pertama, Bayani, yaitu kajian teks melalui Al-Qur’an dan Hadis. Kedua, Burhani, yakni memahami melalui pengalaman dan pengamatan. Ketiga, Irfani, pendekatan batiniah yang mengandalkan kepekaan spiritual dan intuisi hati.
Menurutnya, dengan menggabungkan ketiga pendekatan tersebut, seorang muslim dapat meraih hikmah sejati—sebagaimana dijanjikan Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 269, “Barang siapa yang diberikan hikmah, sungguh ia telah diberikan kebaikan yang banyak.”
Ibu Suryani juga menekankan pentingnya menjaga syukur, kesabaran saat menghadapi ujian, serta keikhlasan dalam ibadah dan refleksi diri sebagai upaya praktis untuk menjadi bagian dari ulil albab. Karakter ini diyakini akan melahirkan insan berilmu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan emosional.
Kajian ini memberikan inspirasi bahwa dalam dunia yang serba cepat dan sibuk, umat Islam diajak untuk tetap menjadi pribadi yang penuh kesadaran, refleksi, dan hikmah—ciri sejati dari ulil albab sebagaimana dicontohkan dalam ajaran Islam.