Yogyakarta — Dalam khutbah Jumat yang disampaikan di Masjid Walidah Dahlan Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, pada tanggal 9 Muharram 1447 H atau bertepatan pada tanggal 4 Juli 2025, khatib mengingatkan jamaah tentang pentingnya bersikap kritis dan bijak di era banjir informasi. Ia menekankan perlunya memverifikasi setiap berita sebelum disebarkan, terutama jika berasal dari sumber yang diragukan.

“Allah telah memperingatkan dalam Surah Al-Hujurat ayat 6 agar kita tidak langsung mempercayai berita yang dibawa oleh orang fasik. Harus diverifikasi, ditabayyunkan, agar tidak menyesal di kemudian hari,” ujar Prof. Muhammad Azhar, M.A. selaku Khatib

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa fenomena hoaks bahkan telah menimpa para nabi. Nabi Adam pernah terpedaya oleh rayuan setan, dan Nabi Muhammad ﷺ pun sempat menjadi sasaran fitnah terkait istrinya, Aisyah, sebagaimana tercantum dalam Surah An-Nur. Oleh karena itu, umat Islam dituntut untuk lebih selektif dalam menerima dan menyampaikan informasi.

Waspada Informasi Bombastis, Jangan Terjebak Kampanye Hitam

Khatib menyampaikan setidaknya sepuluh prinsip penting dalam menyikapi informasi, di antaranya adalah: memastikan penyampai berita adalah orang yang jujur dan adil, tidak menyebarkan dengan bahasa provokatif, serta tidak mencampuradukkan kritik konstruktif dengan fitnah atau kampanye hitam.

“Negatif campaign itu boleh jika untuk koreksi kebijakan pemimpin. Tapi kalau black campaign, yakni fitnah dan kebohongan, itu haram,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan jamaah tentang bahaya manipulasi teknologi seperti rekayasa gambar berbasis AI, serta perlunya memeriksa berita dari berbagai sumber, bukan hanya media sosial atau TikTok.

Sikap Netral dan Objektif di Tengah Isu Kontroversial

Menyinggung isu-isu aktual seperti dugaan ijazah palsu hingga dugaan korupsi haji, khatib mengajak masyarakat untuk tidak terburu-buru menghakimi dan menyerahkan keputusan pada proses hukum yang sah.

“Kalau kita tidak suka Jokowi, bukan berarti boleh asal menuduh. Kalau kita sangat cinta Jokowi, juga tidak boleh langsung membenarkan. Serahkan saja pada pengadilan,” ujarnya.

Khutbah ditutup dengan seruan untuk menghindari gibah, fitnah, dan ujaran kebencian dalam bentuk apa pun. Khatib menekankan bahwa kebiasaan menyebar informasi tanpa dasar hanya akan memecah belah umat dan merusak ukhuwah.