Sleman – Surah Al-Alaq yang diawali dengan perintah iqra atau “bacalah” bukan sekadar anjuran membaca dalam arti literal, tetapi merupakan panggilan spiritual untuk mengenali Tuhan dan memahami hakikat diri manusia. Surah ini mengingatkan bahwa manusia berasal dari sesuatu yang hina, namun dapat mencapai kemuliaan melalui ilmu dan kesadaran akan kebesaran Allah.
Konsep membaca dalam Islam tidak hanya berkaitan dengan huruf dan kata, tetapi juga proses belajar sepanjang hayat. Pengulangan kata iqra dalam ayat-ayat Al-Qur’an menunjukkan urgensinya. Membaca menjadi kunci utama dalam memperoleh ilmu yang tidak hanya meningkatkan kualitas pribadi, tapi juga posisi seseorang dalam masyarakat. Allah yang Maha Pemurah (akram) memberikan rezeki dan ilmu kepada siapa saja tanpa memandang keimanan mereka, menunjukkan keluasan kasih sayang-Nya.
Peran pena (qalam) sebagai simbol pengetahuan juga ditegaskan dalam surah ini. Alat ini menjadi medium pencatatan takdir, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Ulama klasik seperti Imam Ghazali menekankan pentingnya menulis untuk “mengikat” ilmu agar tidak hilang. Bahkan Nabi Adam dan Nabi Idris digambarkan sebagai figur awal yang diajarkan dengan qalam. Di era digital saat ini, akses terhadap ilmu sangat mudah, namun kualitas dan kesadaran dalam menuntut ilmu tetap harus dijaga.
Dengan membaca dan belajar, manusia mampu keluar dari kehinaan menuju kemuliaan. Seperti penyajian makanan di restoran mewah yang sarat estetika dan ilmu, begitu pula ilmu yang disampaikan dengan baik akan lebih bermakna. Surah Al-Alaq menjadi pengingat kuat bahwa membaca bukan sekadar aktivitas intelektual, melainkan ibadah yang membuka jalan menuju kesempurnaan iman dan kehidupan.
