Sleman – Masjid Walidah Dahlan Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta kembali menggelar Kuliah Dhuhur pada Kamis (25/9/2025) bertepatan dengan 3 Rabiul Akhir 1447 H. Acara rutin ini menghadirkan narasumber Ibu Irkhamiyati, S.IP., M.IP. yang membawakan tema “Balancing Literacy di Tengah Gempuran AI”.
Dalam paparannya, Ibu Irkhamiyati mengingatkan bahwa Indonesia masih menyandang predikat sebagai negara dengan tingkat literasi rendah. Padahal, dari sisi infrastruktur literasi, posisi Indonesia cukup baik bahkan berada di atas Singapura, Jerman, dan Portugal. “Sayangnya, ketersediaan buku, perpustakaan, hingga e-resources tidak berbanding lurus dengan tingkat pemanfaatannya,” ungkapnya.
Beliau menyoroti bagaimana perkembangan teknologi, khususnya Artificial Intelligence (AI), semakin mendominasi aktivitas masyarakat. Sejumlah aplikasi berbasis AI mulai dari ChatGPT, Canva, hingga Microsoft Designer kini menjadi bagian dari keseharian. AI memang memudahkan pekerjaan manusia, tetapi jika digunakan secara instan tanpa proses berpikir matang, justru bisa mengikis daya kreativitas.

“AI seharusnya menjadi second brain, pendukung proses berpikir manusia, bukan menggantikan akal pikiran itu sendiri,” jelasnya. Ia menekankan pentingnya filterisasi dan komparasi dalam memanfaatkan AI agar tetap sejalan dengan kodrat manusia sebagai makhluk pembelajar.
Kuliah Dhuhur ini juga menyinggung pentingnya literasi informasi. Masyarakat diharapkan memiliki kemampuan memahami kebutuhan informasi, mencari sumber yang tepat, serta mengevaluasi dan memanfaatkannya dengan baik. Dengan begitu, akan lahir insan yang melek informasi, mampu belajar sepanjang hayat (long life learning), sekaligus menjaga keseimbangan kesejahteraan hidup di dunia nyata dan digital (wellbeing digital).
Selain itu, Irkhamiyati menegaskan bahwa literasi bukan hanya kebutuhan akademis, melainkan juga perintah agama. Ia mengutip QS. Al-‘Alaq ayat 1-5 yang menegaskan pentingnya membaca sebagai fondasi ilmu pengetahuan. “Bangsa yang maju adalah bangsa yang suka membaca. Gempuran AI tidak boleh membuat kita meninggalkan budaya baca tulis,” pungkasnya.
Kuliah Dhuhur diakhiri dengan ajakan agar sivitas akademika UNISA Yogyakarta semakin giat memanfaatkan koleksi literasi yang tersedia serta menjadikan teknologi sebagai alat pendukung, bukan pengganti proses berpikir kritis.
