Yogyakarta – Suasana khusyuk menyelimuti Masjid Walidah Dahlan Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta saat jamaah mengikuti Khutbah Jumat pada 4 Rabiul Akhir 1447 H atau bertepatan dengan 26 September 2025. Kali ini, Ustadz Dr. Ustadi Hamsah, M.Ag. hadir sebagai khotib dengan membawa tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari: “Lima Jurus Hadapi Sikap Negatif.”

Dalam khutbahnya, Ustadz Ustadi Hamsah menegaskan bahwa setiap orang pasti pernah merasakan perlakuan yang tidak baik dari orang lain, baik berupa perkataan, sikap, maupun tindakan. Namun, Islam telah memberikan tuntunan mulia agar umat tidak terjebak dalam lingkaran emosi dan kebencian. “Sebagai umat yang dimuliakan Allah, kita sudah diberi panduan dalam Surah Ali Imran ayat 159. Di sanalah ada rahasia menghadapi sikap negatif,” ungkapnya.

Ia menjabarkan ada lima jurus utama yang bisa dijadikan pegangan. Jurus pertama adalah memulai dengan hati yang tenang dan sikap lembut. Menurutnya, kelembutan bukan tanda kelemahan, melainkan cerminan kedewasaan spiritual. “Dengan hati yang tenang, kita tidak mudah terpancing emosi,” jelas Ustadz Ustadi.

Jurus kedua, lanjutnya, adalah memaafkan kesalahan orang lain. Ia menekankan bahwa memaafkan justru menjadi bukti kekuatan seorang Muslim. “Maaf bukan berarti kalah. Justru ia menjadi tanda kemuliaan. Dengan memaafkan, hati kita terbebas dari dendam,” katanya.

Yang ketiga, seorang Muslim dianjurkan untuk memintakan ampunan bagi orang yang bersalah kepada Allah SWT. Hal ini menjadi bentuk doa kebaikan yang akan kembali pada dirinya sendiri. “Kalau kita mendoakan ampunan untuk orang lain, hati kita ikut bersih, ukhuwah pun semakin kuat,” tutur sang khotib.

Kemudian jurus keempat adalah musyawarah. Ustadz Ustadi menegaskan bahwa musyawarah bukan hanya bagian dari etika sosial, tetapi juga ajaran agama agar setiap keputusan lebih bijak dan diterima semua pihak. “Musyawarah membuka pintu persatuan, bukan perpecahan,” tambahnya.

Terakhir, jurus kelima adalah bertawakal kepada Allah SWT. Setelah segala ikhtiar dilakukan, umat Islam diajak untuk menyerahkan hasilnya kepada Allah. “Di sinilah letak ketenangan sejati. Hati yang bertawakal tidak mudah terguncang oleh ujian,” tegasnya.

Khutbah tersebut juga mengingatkan jamaah agar tidak membalas keburukan dengan keburukan. Sebaliknya, Islam mengajarkan untuk merangkul, berbuat baik, dan menebar kasih sayang. Dengan begitu, sikap negatif dapat dilawan dengan energi positif yang lebih besar.

“Kalau kita membalas keburukan dengan keburukan, maka keburukan itu akan terus berputar. Namun jika kita balas dengan kebaikan, maka insyaAllah hati kita lapang dan Allah akan menolong kita,” pungkas Ustadz Ustadi.

Pesan ini pun menjadi pengingat penting bagi jamaah bahwa menghadapi sikap negatif adalah ujian keimanan. Dengan lima jurus yang diajarkan, seorang Muslim tidak hanya menjaga dirinya tetap tenang, tapi juga ikut menciptakan suasana damai di tengah masyarakat.