Yogyakarta, Jumat (17/10/2025) — Suasana khidmat menyelimuti Masjid Walidah Dahlan Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta pada pelaksanaan Khutbah Jumat tanggal 25 Rabiul Akhir 1447 H. Kali ini, yang bertindak sebagai khatib adalah Ustadz Prof. Dr. Ir. Sukamta, S.T., M.T., IPU, dengan tema penuh inspirasi: “Menebar Kebaikan, Menuai Surga: Jalan Hidup Muslim Produktif.”
Dalam khutbahnya, Prof. Sukamta menyampaikan pesan mendalam tentang makna hidup yang bernilai dan penuh manfaat. “Hidup ini hanyalah sementara, seperti seorang musafir yang berhenti untuk minum,” ujarnya sambil mengutip Surah Al-Hajj ayat 47, menegaskan bahwa kehidupan di dunia hanyalah persinggahan menuju kehidupan abadi.
Beliau kemudian membacakan Surah Al-Kahf ayat 107 yang menegaskan bahwa kebaikan adalah tiket menuju surga. “Iman itu ibarat akar, ilmu adalah batang, dan buahnya adalah kebaikan,” tutur Prof. Sukamta. “Hidup yang bernilai adalah hidup yang menebar kebaikan kepada sesama.”
Menjadi Muslim Produktif dan Bermanfaat
Lebih lanjut, Prof. Sukamta mengingatkan pentingnya menjadi muslim produktif — yakni seseorang yang tidak hanya sibuk, tetapi menjadikan kesibukannya sebagai bentuk ibadah dan kontribusi nyata. Ia mengutip sabda Rasulullah SAW, “Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
“Muslim produktif bukan yang banyak mengeluh, tapi yang sibuk memperbaiki,” tegasnya. “Dalam konteks kampus, mahasiswa yang membantu temannya belajar, dosen yang mengajar dengan sepenuh hati, dan karyawan yang bekerja dengan niat ibadah — semua itu adalah bentuk produktivitas yang bernilai ibadah.”

Kampus Produktif, Kampus Penuh Rahmat
Prof. Sukamta juga menyinggung pentingnya kolaborasi dalam lingkungan akademik. “Kampus yang produktif adalah kampus yang hidup dengan semangat kolaborasi — antara dosen, mahasiswa, dan karyawan. Jika kebaikan menyebar di setiap lini, maka rahmat Allah akan turun untuk kampus tersebut,” ujarnya penuh semangat.
Beliau menegaskan, produktivitas sejati bukan sekadar kesibukan tanpa arah, melainkan kesibukan yang bermakna dan berorientasi pada kemaslahatan. “Bukan sekadar bertahan hidup, tapi hidup untuk menebar manfaat,” ucapnya.
Penutup: Berlomba dalam Kebaikan
Menutup khutbahnya, Prof. Sukamta mengajak jamaah untuk terus berlomba-lomba dalam kebaikan. “Gunakan semangat dan waktu kita untuk beramal saleh. Hidup terbaik bukan yang paling panjang, tapi yang paling bermanfaat bagi orang lain,” pesannya yang disambut dengan penuh perhatian oleh para jamaah.
Dengan pesan yang menggugah itu, khutbah Jumat kali ini meninggalkan kesan mendalam. Jamaah diajak untuk merenungkan kembali arti hidup yang produktif dan bernilai — hidup yang tidak hanya mengejar dunia, tetapi juga menanam kebaikan sebagai bekal menuju surga.
