Pada pelaksanaan Shalat Jumat di Masjid walidah Dahlan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA), Ustadz Dr.phil. Ridho Al-Hamdi, M.A menyampaikan khutbah dengan tema “Islam dan Kepedulian terhadap Lingkungan Hidup.” Di awal khutbah, beliau mengajak jamaah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah serta menyadari bahwa manusia sebagai makhluk yang hidup di bumi memiliki tanggung jawab dalam menjaga alam.

Dalam khutbahnya, khotib mengutip Surah Ar-Rum ayat 41 yang menjelaskan bahwa kerusakan di darat dan di laut merupakan akibat dari ulah manusia sendiri. Ayat ini menjadi peringatan agar manusia kembali kepada jalan yang benar. Khotib menjelaskan bahwa berbagai penelitian modern menunjukkan manusia telah merusak sekitar 97% ekologi permukaan bumi, meninggalkan hanya sedikit wilayah yang masih utuh secara ekologis. Temuan tersebut dipaparkan dalam jurnal Frontiers in Forest and Global Change yang mengkaji luasnya kerusakan ekosistem global.

Khotib menekankan bahwa manusia, hewan, dan seluruh makhluk hidup merupakan satu kesatuan ekosistem. Lingkungan hidup adalah ruang dan keadaan yang saling berinteraksi dan menentukan kelangsungan masing-masing. Namun kesadaran ekologis ini, menurut beliau, sering kali belum tertanam baik dalam diri manusia. Beliau mengutip pandangan Albert Einstein yang menyebut manusia sebagai bagian dari alam semesta, tetapi bertindak seolah-olah terpisah darinya.

Lebih lanjut, Ustadz Ridho mengaitkan isu lingkungan dengan Maqashid al-Syariah. Ada lima maqashid yang menurut beliau memiliki hubungan kuat dengan pentingnya menjaga kelestarian alam:

Pertama, Hifzuddin atau menjaga agama. Menjaga agama berarti menjaga ciptaan Allah, termasuk alam yang menjadi amanah-Nya.

Kedua, Hifzun Nafs atau menjaga jiwa. Kerusakan lingkungan berdampak pada kesehatan manusia, sehingga melestarikan alam merupakan bagian dari menjaga kehidupan. Khotib mengutip Syed Hussein Nasr yang menyebut manusia modern memperlakukan alam seperti pelacur—menikmatinya tanpa rasa tanggung jawab.

Ketiga, Hifzul ‘Aql atau menjaga akal. Lingkungan yang rusak mengurangi kualitas udara dan berdampak pada kesehatan berpikir manusia. Khotib mengingatkan pernyataan Immanuel Kant bahwa membakar hutan sama saja dengan membakar perpustakaan kehidupan.

Keempat, Hifzun Nasl atau menjaga keturunan. Kerusakan lingkungan saat ini akan menghilangkan hak generasi mendatang. Khotib menyebut contoh kasus pencemaran logam berat di wilayah tambang yang berdampak pada kesehatan warga, termasuk balita. Beliau juga mengutip Antoine de Saint-Exupéry yang mengatakan bahwa manusia bukan pewaris bumi, melainkan penyewa dari anak cucu mereka.

Kelima, Hifzul Mal atau menjaga harta. Pencarian harta harus dilakukan secara halal dan tidak merusak bumi. Eksploitasi berlebihan justru dapat menyebabkan kemiskinan di masa depan. Salah satu kepala daerah di Kalimantan Timur bahkan memperingatkan bahwa wilayah tersebut bisa menjadi provinsi termiskin pada 2045 jika eksploitasi alam terus berlangsung.

Khotib menegaskan bahwa kelima maqashid tersebut adalah peringatan bahwa Islam telah memberikan pedoman jelas, tetapi manusia sering kali bertindak sebaliknya—merusak alam demi keuntungan jangka pendek. Padahal sebaik-baik manusia adalah yang membawa manfaat bagi manusia dan bagi alam semesta, termasuk generasi 50 hingga 100 tahun ke depan.

Pada Khutbah kedua, beliau menyinggung kondisi ekonomi dan tingginya orientasi materialistik yang membuat banyak orang mengabaikan lingkungan. Khotib mengutip ucapan Guy MacPherson bahwa jika seseorang menganggap ekonomi lebih penting daripada lingkungan, maka cobalah menahan napas sambil menghitung uang.

Menutup khutbah, khotib mengajak jamaah khususnya yang tinggal di Yogyakarta untuk mulai peduli pada masalah lingkungan, termasuk persoalan sampah. Beliau mengajak untuk memilah sampah, tidak membuang sembarangan, dan menanam pohon. Selain itu, beliau mengajak jamaah untuk membantu saudara-saudara di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang sedang tertimpa musibah. Khutbah kemudian ditutup dengan doa agar Allah memberikan ampunan, perlindungan, dan keberkahan kepada seluruh umat.